Jika kamu membaca tulisan ini, tandanya aku pernah merasakan kegelisahan yang sangat mendalam. Aku hanya akan menulis disaat pikiran dan hatiku sedang berkecamuk. Lelah ketika harus menulis semua perasaan sedih di postingan ini, tapi harus bagaimana lagi? Hanya memohon kepada Tuhan lah yang dapat ku lakukan saat ini, itu pun aku akan mendekati-Nya disaat aku sedang susah dan butuh pertolongan.

Sembari aku menuangkan semua amarah dan kekesalanku dalam tulisan ini. Aku yang saat ini masih belum menjadi apa-apa. Beda dengan anak orang yang selalu disanjung dan dibangga-banggakan oleh orang tuanya. Saat aku sedang belajar memperdalam ilmu komputer di teras rumahku, selalu saja ku dengarkan prestasi anak orang yang cukup membahagiakan orangtuanya. Mereka menceritakan anaknya yang sebentar lagi akan wisuda Magister, sementara aku yang saat ini belum tahu kapan wisuda untuk gelar sarjanaku.

Tujuh tahun sudah aku menduduki bangku kuliah, yang seharusnya aku sudah didepak dari dulu dari dunia akademik ini. Tapi Allah masih menolongku, lewat pandemi ini aku masih diberikan kesempatan untuk bisa membuat orangtuaku menceritakan bahwa aku akan wisuda sarjana. Sekalipun aku tahu bahwa cerita orangtuaku tidak menarik sama sekali dibandingkan dengan cerita yang ku dengar dari tetanggaku setiap pagi.

Aku hanya bingung sekarang….

Author

Write A Comment