Rutinitas tiap hariku begitu tak karuan. Aku menghabiskan waktu hampir 5 menit untuk memulai kalimat pertama dari tuisan ini. Aku rindu menulis, sekalipun tulisanku sangat bagus. Siapa lagi yang akan memujimu kalau bukan dirimu sendiri? Ini bukanlah sebuah pengakuan untuk meninggikan diri, melainkan suatu dorongan untuk membuat diri lebih bangkit. Aku yakin, setiap pikiran yang kita tanamkan akan berlanjut dengan sebuah tindakan.
Seruputan kopiku pagi ini terasa sedikit manis dari biasanya, entahlah apakah ini hanya ilusiku atau karena curi-pandangku ke gadis sebelah yang dari tadi sedang dinasehati ibunya. Aku rasa ibunya sedang mengajari anaknya tentang kebaikan, layaknya orangtua pada umumnya.
Absurd, tulisanku semakin hancur…
Ingin menjadi penulis hebat, tapi sudah lama tidak membaca buku. Ingin menjadi gitaris terkenal seperti John Petrucci, tapi masih mengeluh jari pegal-pegal. Ingin punya tubuh atletis tapi masih malas latihan. Ingin jadi orang kaya dan terkenal tapi masih bangun kesiangan.
Hari ini adalah hari yudisium untuk pengukuhan atas gelar sarjana yang telah kudapat dengan menghabiskan waktu selama 7,5 tahun. Seharusnya aku sudah lepas dari beban terberat selama ini. Seharusnya pula aku sudah mengambil ancang-ancang untuk petualangan hidup selanjutnya, banyak hal penting yang menungguku diluar sana.
Seperti judul yang kutuliskan hari ini, akun bukan lagi seorang pemalas. Sudah artinya sesuatu yang berlalu, dan malas adalah suatu tindakan tanpa aksi terhadap kewajiban. Aku menyudahi rasa malas ini dan mulai menjadi orang hebat. Aku telah berjanji pada diri sendiri, Mulai hari ini dan seterusnya aku sudah malas. Artinya aku meninggalkan sifat malas dan menjadi perkerja keras.
Terima kasih ya Allah, aku bisa bernafas dengan normal sampai detik ini.