Dan benar saja, aku berada dalam masa karantina saat ini. Bukan karena terjangkit covid-19 melainkan aku mengkarantinakan diriku selama beberapa hari ini untuk menyiapkan masa depanku yang cerah.
Sudah 2 minggu aku rutin menghabiskan waktuku di depan laptop untuk terus belajar memahami bahasa pemrograman. Terserah itu bahasa jenis apa, aku mulai tertarik untuk menggelutinya. Seharusnya aku mendalami hal ini semenjak 7 tahun yang lalu. Tapi apa boleh buat, 7 tahun yang lalu atau 1 tahun yang lalu tabiatku sangat kontras dengan sekarang.
Mungkin karena aku sedang cemas-cemasnya menunggu nasib perkuliahanku yang sudah 7 tahun kujalani. Aku mulai mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan materi tugas akhirku, termasuk belajar bahasa pemrograman.
Semenjak pemerintah menetapkan sistem belajar daring aku mulai merasakan kedekatan akan bulan juli itu, aku belum melaksanakan progress apapun terkait dengan tugas akhir.
Sementara sekarang sudah memasuki bulan april, 3 bulan bukanlah waktu yang lama untuk orang-orang yang sedang berada seperti di posisiku sekarang ini.
Ada apa dengan bulan juli? mengapa april ke juli terasa begitu dekat? Lantas apa yang membuatmu cemas? Sementara detik, menit, jam, hari, minggu, dan bulan tetap akan terus berjalan tanpa harus kamu cemaskan!
Well.. beri aku kesempatan untuk menceritakan kecemasanku kali ini.
Aku adalah mahasiswa angkatan 2013 di salah satu universitas favorit yang berada di Aceh. Pada saat masuk jurusan Teknik Elektro, aku sama sekali tidak tertarik dengan jurusan ini, karena sebelumnya aku sangat ingin masuk ke jurusan ilmu komputer UGM.
Saat pengisian jalur masuk SNMPTN pun aku memilih jurusan ilmu komputer di urutan kedua, jurusan teknik elektro di urutan ketiga, dan jurusan teknik geologi di urutan pertama. Lho kok geologi? Apa hubungannya dengan statement yang barusan aku keluarkan kalau aku sangat mencintai dunia komputer?
Saat akan lulus SMA aku sangat bimbang akan minat dan kemampuanku saat itu. Jurusan teknik geologi merupakan urutan pertama yang aku pilih. Ingin kuliah di jurusan yang berhubungan dengan ilmu bumi seperti geologi dan tambang adalah saran dari orangtuaku dan salah satu guruku.
Dia pernah mengatakan “ngapain masuk jurusan komputer, semua orang juga bisa memahami ilmu yang ada di komputer tanpa harus masuk kuliah.
Masuk pertambangan aja, uangnya lebih banyak dan jasa kamu akan digunakan oleh perusahan-perusahaan besar nantinya”. Jleb aku langsung merasa tidak memiliki skill apa-apa selama ini.
Singkat cerita aku langsung membidik semua jurusan yang berhubungan dengan pertambangan atau geologi pada saat itu. Tibalah saat salah satu universitas favorit di jogjakarta yang membuka jalur uji coba berdasarkan nilai rapor siswa.
Aku sebagai salah satu siswa yang mulai mencintai ilmu bumi karena “ingin cepat kaya materi“, dengan sangat bersemangat mulai mempersiapkan segala berkas untuk mendaftar pada jurusan pertambangan.
Tahap pertama aku dinyatakan lulus dan diberikan kesempatan selanjutnya melalui jalur wawancara. Aku diwajibkan datang secara langsung ke jogja untuk melakukan sesi wawancara.
Belum beruntung, Allah telah menyiapkan jurusan kuliah yang sangat tepat bagiku dan kemampuanku. Aku dinyatakan gugur saat sesi wawancara tersebut, Tuhan tahu..
Hari ini tanggal 7 april 2020, aku jeda dulu tulisan ini. Kecemasanku sedikit berkurang setelah menuliskan beberapa paragraf diatas.
……..
Rupanya aku belum memposting tulisan ini. Saat aku membuka menu post pada blog, aku melihat ada draft post yang belum aku publikasikan. Ini saatnya akau akan memposting tulisan ketiga pada blog pengtok.
Sekarang adalah tanggal 1 november 2020, aku masih belum juga menyelesaikan kuliahku. Saat ini masa studiku beranjak semester 15, dan ini adalah bonus dari Tuhan melalui perantara pandemi.
Mahasiswa akhir di seluruh Indonesia mendapatkan bonus masa studi 1 semester. Seharusnya aku telah “ditendang” semenjak bulan juli lalu.
Tapi sekarang aku sangat lega, karena aku hanya tinggal menunggu tanggal kapan aku akan disidangkan. Aku akan memiliki titel sarjana, secepatnya!